Gempa di Sekolah
oleh: Najla Andanti
Saat itu sudah lewat tengah hari, sekitar pukul setengah dua siang. Aku sedang duduk di kelas, mendengarkan Madam mengoceh mengenai bahasa Perancis. Aku sedikit mengantuk. Tak bisa dipungkiri, itu adalah saat-saat jam tidur siang.
Tiba-tiba, aku merasakan kursiku digoyangkan. Aku tak memikirkan apapun selain mungkin teman di belakangku iseng, menggoyangkan kursi.
"Madam! Gempa, Madam!"
Saat salah satu anak berteriak, barulah aku sadar apa yang terjadi.
Jakarta dilanda gempa.
Jarang sekali ibukota ini dilanda gempa.
Rasanya ya...aneh saja.
Aku tak panik saat anak itu berseru. Yang bisa kupikirkan hanyalah "oh, gempa, oke" dan pikiranku menjadi kosong.
Aku seakan menerima fakta bahwa gempa tengah terjadi dan tetap melanjutkan menulis karena aku tidak tahu harus melakukan apa.
Anak-anak di kelas sudah ribut untuk meminta keluar kelas, sedangkan Madam berusaba bersikap tenang dan menenangkan seisi kelas.
Setelah melihat kelas-kelas lain berhamburan keluar, anak-anak kelasku ikutan berhamburan keluar.
Aku tak bisa berpikir. Aku hanya melihat apa yang mereka lakukan dan berpikir apa yang harus kubawa.
Apakah aku harus membawa tas? Atau aku hanya perlu membawa ponsel?
Pada akhirnya, aku keluar menuju teras di depan kelas dan melihat ke bawah lapangan. Banyak murid-murid yang sudah berkumpul di sana. Lalu, terdengarlah pengumuman, walaupun aku tidak terlalu mendengarnya.
Aku hanya bisa tertawa tidak percaya.
Jadi, tadi beneran gempa, batinku.
Aku melihat ke arah Madam yang sedang berbicara dengan guru lain. Lalu, Madam mengisyaratkan kami untuk membawa tas dan turun ke lapangan.
Tanpa berpikir panjang, aku dan beberapa siswa lainnya membereskan barang-barang dan membawa tas kami menuju lapangan.
Ketika menuruni tangga, aku bisa merasakan tubuhku gemetar dan lemas. Tapi, aku tidak terlalu menghiraukannya.
Saat di bawahlah aku sadar betapa takutnya aku.
Gempa benar-benar terjadi.
TAMAT