"Ini sangat buruk."
Satu persatu, aku melihat anak-anak mudaku gugur, berjatuhan di atas tanah pertiwi ini.
"Ini...ini mengerikan...!"
Ledakan, baku tembak, perang, semua terjadi di mana-mana. Tak ada wilayah yang tak berperang. Semua orang, terutama anak-anak mudaku, maju ke depan medan perang.
"Kumohon berhentilah...!"
Aku tak bisa berbuat apa-apa selain duduk termangu, menangis dan berdoa kepada Tuhan. Berdoa untuk anugerahnya kepada anak-anakku.
Banyak dari mereka yang tewas, menggila, atau berganti pihak. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain memohon dan berdoa agar mereka kembali lagi kepada diriku.
"Apakah ini akhir bagiku...?"
Aku menatap kedua tanganku yang penuh dengan debu dan bekas luka. Walaupun aku tidak berada di medan perang, diriku tetap menerima rasa sakit itu.
Perang ini membunuhku, kita semua.
"Apakah ini akhir bagi kita...?"
Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, menangis tersedu-sedu.
Bangsa ini sudah mendekati masa akhirnya.
Masih bisakah aku berharap?
"Jangan khawatir Ibu, kau masihlah bisa berharap."
Sebuah tangan hangat memegang bahuku dengan lembut. Aku menoleh ke belakang, melihat masih banyak pemuda-pemudi dengan wajah segar yang siap berperang.
"Tapi..." aku meragu.
"Ibu," salah satu gadis menyentuh kedua pundakku, kemudian menempelkan pelipis kami, "Ibu jangan khawatir. Walaupun banyak yang gugur dan membelot, anak-anak mudamu masih banyak yang gigih berjuang demi bangsa ini."
Dadaku menghangat.
"Oh, anak-anak..." aku merasakan air mataku jatuh kembali.
"Teman-teman, mari kita tetap gigih berjuang demi bangsa kita!" salah satu laki-laki itu bersorak.
"Ya!!" yang lain ikutan bersorak.
"INDONESIA MERDEKA!!!"
"MERDEKA!!!"
Mereka semua turun ke medan perang dan bertempur dengan gagah berani, sama seperti para pejuang di masa lalu.
"Kau lihat Ibu?" bisik gadis itu, "negeri ini masih ada harapan."
Aku memejamkan mata, tersenyum, merasakan hangat menjalar dari pelukan gadis itu.
"Kau benar," aku menyetujuinya, "Muda mudi Indonesia-ku masih gagah berani membela negaranya."
ENDー
Selasa, 2 Oktober 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar